Catatan >> Darwis Sinulingga : Sekilas Tentang Kampung Madinah Temboro,Penuh Berkah Karena Amanah

Magetan – Metro-langkatbinjai.com

Sepekan berada di Pesantren Al Fatah Desa Temboro, Kecamatan Karas, Kab Magetan, Jawa Timur, banyak pengalaman yang kudapat.

Bacaan Lainnya

Salah satunya,merasakan ” berkah” nya tinggal dikawasan Pesantren Temboro yang berjuluk ” Kampung Arab” tersebut.

Wanita disini semuanya mengenakan cadar,berpakaian serba hitam. Sedangkan kaum prianya mengenakan baju (jubah) dan kopiah khas Temboro.

Keterangan gambar : Santri di Pesantren Al Fatah, Temboro datang dari berbagai daerah di Indonesia. Ada yang berasal dari Palembang, Makasar, Papua, dan Sumatera Utara.(yong)

Dan yang membuat aku kagum juga pasar tradisionalnya sangat bersih. Tak ada ditemukan tumpukan sampah yang busuk.

Sampah- sampah dimasukkan kedalam karung dan diikat sehingga tak mengeluarkan aroma tidak sedap.

Tak ada air yang mengalir diselokan pasar,semuanya terlihat rapi dan bersih. Karena itu pedagang kaki lima tak canggung meletakkan barang daganganya.

Keterangan gambar : Ibnu warga yang tinggal diibukota Jakarta ini sengaja datang jauh jauh ke Temboro hanya untuk melaksanakan Sholat Jum’at di Masjid berjuluk ” Seribu Tiang”. ( Yong)

Begitu juga dengan transaksi jual belinya,semuanya serba islami,tidak mahal dan tak ada yang mengurangi berat timbangan.

Harga kebutuhan baik sandang maupun pangan semuanya disesuaikan alias meringankan isi kantong. Tak heran, senyum sumringah saat tawar menawar diwarnai candaan terasa akrab.

Oh,ya. Satu lagi,setiap kita masuk berbelanja ke Mini Market atau Toko,jangan lupa buka sendal atau sepatu,ini sudah menjadi aturan. Dan berlaku bagi siapa saja.

Meski disibukkan dengan jual beli dipasar,tapi setiap kali masuk waktu Sholat,baik Zuhur,Ashar,Magrib maupun Isya,tak ada satupun pedagang yang berniaga,semuanya langsung  menutup kedai ataupun Tokonya.

Keterangan gambar : Transaksi jual beli di Pasar Temboro seperti di Arab,kaum wanitanya mengenakan cadar dan pakaian serba hitam. ( photo : yong)

Transaksi jual beli dihentikan bila Azan telah berkumandang. Kumandang Azan yang sahut menyahut diikuti dengan hilir mudiknya santri dan warga mendatangi Masjid- Masjid terdekat.

Tak ada Masjid yang sepi setiap waktu Sholat,begitulah aktifitas disini. Setiap harinya diisi dengan kegiatan keagamaan.

Boleh dikatakan,masyarakat di Temboro lebih disibukkan dengan urusan tuhan ketimbang urusan mencari kekayaan (duniawi).

Keterangan gambar : Becak bermotor di Temboro salah satu transportasi andalan dengan tarif yang telah disesuaikan yakni.(yong)

Semua peraturan di Temboro dibuat oleh Desa dan Kia. Misalnya,angkutan becak bermotor disini penumpangnya dibatasi. Dan yang membuat aturan tersebut adalah Kiyai.

Tidak boleh lebih dari tiga orang penumpang dalam satu becak bermotor,dan tarif perorangnya Rp.5000 rupiah.

Dan jangan heran kalau disini selalu ada penumpang ” Gelap”. Penumpang gelap yang dimaksud bukanlah penumpang yang cuma numpang doang tak membayar ongkos,tapi penumpang yang mengenakan busana gelap alias cadar hitam.

Mengutip dari berbagai sumber, Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fatah di Desa Temboro, Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan atau biasa disebut Pesantren Temboro ini merupakan pusat pengembangan ideologi Jamaah Tabligh terbesar se-Asia Tenggara.

Keterangan gambar : Orang tua santri mengunjungi Putranya setelah berbulan bulan menimba ilmu di Pesantren. Rasa haru bercampur bahagia begitu terasa ketika sang Santri memeluk erat bundanya.(yong)

Pesantren ini menempati lokasi seluas 50 hektar. Bangunan ponpes menyebar di tiga lokasi yang mendominasi wilayah Desa Temboro, yakni Pondok Pusat, Pondok Utara, dan Trangkil Darussalaam yang sebagian besar merupakan pondok putri.

Saking luas wilayah dan besarnya pengaruh agama pada kehidupan keseharian warga  di temboro menjadikan wilayah ini dijuluki sebagai Kampung Madinah.

Sebanyak 50 persen lebih warga di Kampung Madinah merupakan pendatang, sisanya warga asli Desa Temboro.

Ponpes memiliki kurang lebih 27 ribu santri. Dari jumlah tersebut, sekitar 980 santri berasal dari luar negeri, yang kebanyakan dari negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Brunei, dan Thailand.

Keterangan gambar : Dikunjungi keluarga merupakan moment yang paling ditunggu para Santri tuk melepas rindu kepada ayah dan bunda serta saudara.(yong)

Banyaknya santri di Desa Temboro telah membuat tingkat perekonomian dan kemakmuran hidup warga meningkat.

Aktivitas keseharian pondok telah memberikan lapangan pekerjaan bagi warga desa Kampung Madinah yang ditaksir bisa mencapai puluhan miliaran rupiah setiap bulan.

Warga menjual kebutuhan makan dan pakaian serta menyediakan jasa transportasi dan sewa rumah. Biasanya Kampung Madinah ramai ketika ada pertemuan wali santri.

Pesantren ini didirikan pada tahun 1950 oleh KH. Kholid Umar atau terkenal dengan nama Kyai Mahmud.

Dari segi orientasi dan praktek keagamaannya, pesantren ini menganut sistem pengajaran seperti layaknya pesantren di kalangan Nahdhiyin lainnya di pulau Jawa.

Hanya saja, pesantren Al-Fatah Temboro memadukan antara konsep Tabligh (dakwah) dengan konsep pesantren. Hal inilah yang membedakannya dengan pesantren lainnya.

Ponpes temboro mempunyai galeri peninggalan Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Peninggalan sejarah dan artefak-artefak sejarah islam dunia ini disimpan dalam Galeri Joko Tingkir.

Selain itu, di lingkungan pondok setempat juga terdapat lahan untuk pacuan kuda, tempat unta, dan lapangan memanah.

Siang ini, Sabtu (5/6), Bupati Magetan dan Forkompinda Kabupaten Magetan berencana bersilaturahmi dengan pengurus pondok Al Fatah Temboro Bapak Kyai Haji Ubaidilah Ahror.(yong)

 

 

Pos terkait